Rabu, 18 Maret 2015

Agenda Setting , Uses and Gratification , dan Kultivaction

Di dalam penelitian komunikasi ada varian penelitian komunikasi yaitu, Agenda Setting, Uses & Gratification, Content Analysis, Rating research, Polling, Jaringan komunikasi. Dalam essay ini saya akan menjelaskan pengertian dari Agenda setting , uses and gratification , dan kultivaction penelitian komunikasi, bagaimana contoh cara meneliti dan mengapa penting untuk diteliti.
  • Yang pertama adalah   USES & GRATIFICATION , Teori Uses & Gratification dikemukakan oleh Herbert Blumer dan elihu Katz, Uses & Gratifications pada 1974 yaitu merupakan teori yang mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya, artinya audien itu aktif untuk memillih mana media yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Teori ini menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa yang berarti manusia mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media (Nurudin, 2007).  Teori Uses & Gratification adalah khlayak pada dasarnya menggunakan media massa bedasarkan motif motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khayalak. Jika motif ini terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. (Kriyantono,2006, h. 208)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Teori Uses & Gratification adalah teori yang menjelaskan bahwa khalayak adalah yang berpengaruh terhadap dirinya sendiri karena dikatakan bahwa khalayak itu aktif dalam mencari media yang diinginkan dalam mencari kepuasan tersendiri bagi khalayak tersebut. Artinya Teori Uses & Gratification mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan khalayak yang berkaitan dengan media yaitu meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan afektif, kepribadian secara integratif, kebutuhan sosial secara integratif dan kebutuhan pelepasan ketegangan.

Model Uses and Gratification

Anteseden ------------------------ Motif ----------------------- Penggunaan Media --------------------Efek
Variabel individual                 Personal                       Hubungan                               Kepuasan
Variabel lingkungan                Diversi                         Macam isi                            Pengetahuan
    Pesonal identity           Hubungan dengan isi                     Kepuasan

Dengan menggunakan model ini, peneliti berusaha menemukan hubungan di antara variabel-variabel yang diukur. Sering kali ia hanya meneliti sebagian dari komponen-komponen dalam gambar diatas.
  • Yang kedua adalah AGENDA SETTING , Teori Agenda Setting ditemukan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw (1972). Teori ini menjelaskan bahwa agenda media mempengaruhi agenda publik. Khalayak akan menganggap suatu isu itu penting karena media juga menganggap isu itu penting juga. Teori Agenda Setting adalah media memberi tekanan pada sebuah isu, maka media akan mempengaruhi khalayak untuk menganggap isu tersebut sebuah isu yang penting (Bungin, 2006, h.285).
    Tidak hanya mempelajari berita-berita atau hal lainya melalui media, khalayak juga mempelajari sebarapa besar arti penting dari sebuah isu dari cara media memberi penekanan terhadap isu tersebut (Sendjaja, 2004, h.25). Seperti yang didefinisikan oleh McQuail dalam Apriadi Tamburaka (2012: 22), agenda-setting adalah Process by which relative attention given to items or issues in news coverage influences the rank order of public awareness of issues and attribution of significance. As an extension, effects on public policy may occur.
    Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemberitaan yang ada pada media menjadi variabel penentu yang mempengaruhi apa yang dianggap penting dan dibicarakan oleh khalayak. Dalam Teori Agenda Setting terdapat dua tingkatan yang setara dan sama pentingnya yaitu, pertama, membangkitkan isu-isu yang penting dan yang kedua menentukan aspek-aspek dari isu-isu tersebut yang dianggap penting. Contoh kasus dari agenda setting adalah Penonjolan berita Gaza menganggap penting sisi  peperangan itu penting membuat masyarakat berpikir akan kebenaran yang diberitakan media, apalagi di dukung dengan pemberitaan MetroTv tentang bangganya terhadap penduduk Gaza,Palestina.
    Berbagai media memberitakan isu Gaza dari sudut pandang berbeda yang membuat berita Gaza diterima oleh khalayak dan khalayak akan terus mengikuti peristiwa tersebut. Masyarakat menerima pemberitaan yang di agendakan, sehingga mempengaruhi pikiran khalayak tentang apa yang terjadi di Gaza Palestina. Realitas yang ada di Gaza Palestina menjadi booming karena MetroTv,SCTV,TVOne dan media lain termasuk internet juga terus menerus memberitakan serangan Israel terhadap Gaza. Media stasiun televisi maupun media online menganggap penting hal tersebut sehingga media mengagendakan peristiwa serangan di Gaza menjadi penting. Kemudian isu tersebut dinilai publik sebagai isu-isu yang penting dan diikuti terus perkembangannya. Publik menganggap apa yang diberitakan media itu penting dan membuat publik berpikir Gaza harus di support. Salah satu contoh agenda publik adalah mempertahankan relawan Indonesia yang membantu Gaza lewat bidang kesehatan.Cara meneliti penelitian dengan teori Agenda Setting ini adalah dengan mengetahui efek media massa yang diukur dengan membandingkan dia pengukuran. Pertama peneliti mengukur agenda media dengan analisis isi yang kuantitatif, atau peneliti menentukan batas waktu tertentu, meng-koding berbagai isi media, dan menyusun (meraning) isu itu berdasarkan panjang (waktu dan ruang), penonjolan (ukuran headline, lokasi dalam surat kabar, frekuensi pemunculan, posisi dalam surat kabar, dan konflik (cara penyajian bahan). Selanjutnya peneliti mengukur agenda masyarakat dengan menganalisis self-report khalayak.(Rakhmat,2001,h.69)

  • Kultivasi merupakan bagian dari teori komunikasi yang membahas efek dari komunikasi massa, teori ini dikembangkan oleh George Gerbner. Teori Kultivasi ini muncul untuk meyakinkan orang bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran social budaya dari pada individual. Teori Kultivasi ini juga memberiikan gambaran bahwa efek media massa tidak secara langsung menerpa khalayak.

    Konsep Dasar Kultivasi
    Pada dasarnya, Teori Kultivasi pertama kali di kemukakan oleh George Gerbner bersama rekan-rekannya di Amenberg School of Communication di Pennsylvania pada tahun 1969, dalam sebuah artikel yang berjudul “the television of violence” yang berisikan bagaimana media massa khususnya televisi menampilkan adegan-adegan kekerasan di dalamnya. Teori kultivasi ini muncul dalam situasi pada saat terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan komunikasi yang meyakini bahwa efek sangat kuat dari media massa.

    Teori Kultivasi muncul untuk meyakinkan orang bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran social budaya ketimbang individual. Signorielli dan Morgan pada tahun 1990 mengemukakan bahwa analisis kultivasi merupakan tahapan lanjutan dari penelitian efek media yang sebelumnya dilakukan Gerbner yaitu “Cultural Indicator” yang menyelidiki Proses institusional dalam produksi isi media, image atau kesan isi media serta hubungan antara terpaan pesan televisi dengan keyakinan dan perilaku khalayak.

    Dalam penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Gerbner diketahui bahwa penonton Televisi dalam kategori berat mengembangkan keyakinan yang berlebihan mengenai dunia sebagai tempat yang berbahaya dan menakutkan. Sedangkan kekerasan yang mereka saksikan di Televisi menambah ketakutan sosial yang membangkitkan pandangan bahwa lingkungan mereka tidak aman dan tidak ada orang yang dapat dipercaya.

    Kajian Teori Kultivasi
    Teori Kultivasi menganalisis tayangan televisi telah menjadi teman keseharian oleh kebanyakan orang dalam keluarga di amerika serikat, karena Teori ini memprediksikan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pemahaman, dan keyakinan jangka panjang tentang dunia ini sebagai hasil dari mengkonsumsi isi media. Gerbner (1999) mengemukakan bahwa“sebagian besar yang kita ketahui, atau yang kita piker kita ketahui, adalah tidak pernah kita alami sendiri”. Banyak hal yang kita ketahui itu karena yang kita lihat dan kita dengar dari media. Teori Kultivasi terus mengalami evolisi bertahun-tahun lamanya, melalui serangkaian metode dan teori yang dilakukan oleh Gerbner dan rekan-rekannya.

    Asumsi Dasar Teori Kultivasi
    Terdapat tiga asumsi dasar teori kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner yaitu : 1). Secara Esensial dan Fundamental Televisi berbeda dengan media yang lain. Asumsi ini menunjukkan bahwa spesifikasi keunikan dari Televisi yaitu kelebihan Televisi menjadikannya istimewa seperti televise tidak memerlukan sederetan huruf-huruf seperti halnya media cetak lainnya, televisi bersifat audio dan visual yang dapat dilihat gambar dan suaranya, Televisi tidak memerlukan Mobilitas atau memutar tayangan yang disenangi dan karena aksesibilitas dan avaibilitasnya untuk setiap orang membuat Televisi menjadi pusat kebudayaan masyarakat kita. 2). Televisi Membentuk Cara kita berfikir dan berhubungan. Asumsi ini masih berkaitan dengan pengaruh tayangan Televisi, pada dasarnya Televisi tidak membujuk kita untuk benar-benar meyakini apa yang kita lihat di Televisi, berdasarkan asumsi ini, Teori Kultivasi mensuplay alternative berfikir tentang tayangan kekerasan di Televisi. 3). Televisi Hanya Memberii Sedikit Dampak. Asumsi yang terakhir ini mungkin agak berbeda dengan asumsi dasar Teori Kultivasi, namun Gerbner memberiikan analogi ice age untuk memberi jarak antara teori kultivasi dan asumsi bahwa Televisi hanya memberikan sedikit efek atau dampak. Dalam analogi ice age menganggap bahwa Televisi tidak harus mempunyai dampak tunggal saja akan tetapi mempengaruhi penontonnya melalui dampak kecil yang tetap konstan.


  • Daftar Pustaka

    Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Group.
    Littlejohn dan Foss. 2005. Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.
    McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
    Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi.


Rabu, 11 Maret 2015

Sikap Mahasiwa Terhadap Pornografi

Media massa dalam hal ini televisi merupakan media komunikasi yang mampu membawa arus informasi baik informasi visual, maupun audio, secara detail, lengkap dan luas. Salah satu informasi yang disajikan adalah pornografi. Kebebasan media televisi dalam menyajikan berbagai macam informasi yang bermuatan pornografi menuai banyak kontroversi, karena bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa dan norma-norma agama. Mahasiswa sebagai kaum intelektual yang mampu berfikir kritis, sistimatis, logis, dan rasional, memiliki sikap dan pandangan yang berbeda-beda terhadap segala bentuk, gaya, maupun materi pornografi yang ada dalam media televisi. Berangkat dari hal tersebut, masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap mahasiswa pelaku sex bebas terhadap muatan pornografi dalam media televisi?.
Penyajian selektif dan penekanan pada tema tertentu dalam media televisi selalu berhadapan dengan sistim sosial, seperti keyakinan, norma, perasaan, dan cita-cita masyarakat. Karena secara potensial dapat merubah norma-norma dan batas-batas perorangan (Pareno, 2005:92).
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan jumlah informan sebanyak 15 orang mahasiswa pelaku sex bebas. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara induksi konseptual, yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Dalam hal ini peneliti hanya ingin mengetahui sikap mahasiswa pelaku sex bebas terhadap muatan pornografi dalam media televisi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulyo Agung Kecamatan Dau, Malang.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa, Mayoritas informan setuju terhadap muatan pornografi dalam media televisi yaitu sebanyak 9 orang. Karena muatan pornografi dalam media televisi dapat menambah wawasan dan pengetahuan mereka tentang hubungan sexsual. Sedangkan 6 informan lainnya kurang setuju dengan muatan pornografi dalam media televisi. Karena bertentangan dengan norma-norma agama dan budaya bangsa serta dapat merusak moralitas seseorang terutama bila dikonsumsi oleh anak dibawah umur. Jadi dapat disimpulkan bahwa, informan pelaku sex bebas di Desa Mulyo Agung
Kecamatan Dau, Malang sebagian besar setuju dengan muatan pornografi dalam media massa.

  • Kasus tersebut bisa dijadikan penelitian mengunakan kuantitatif karena dapat menggunakan sampel kuisioner dan disebarkan kepada masyarakat sekitar untuk di jadikan sampel oenelitian. dan hasilnya nantinya bisa diperhitungkan dengan menggunakan perhitungan yang terdapat di dalam meyode penelitian kuantitatif.

Sebelum saya menjelaskan kaitan kasus dengan Validitas dan Reabilitas., saya akan menjelaskan pengertian dari :

  • VALIDITAS  , Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
    Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai variabel A’ atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel A dan tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar 1986).
     Kaitan dengan kasus tersebut adalah jika kasus tersebut diteliti dengan validitas maka pasti ada perbedaan diantara peneliti satu dengan peneliti lain , yang artinya setiap peneliti dapat memberikan tanggapan bagaimana kasus tersebut diteliti menjalankan fungsinya dan diukur dengna baik , maka ada juga hasil yang dikadakan kurang relefan diantara peneliti

  • REABILITAS , Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.
     Kaitan dengan kasus tersebut adalah dengan adanya kasus pornografi dikalangan mahasiswa maka jika dikaitkan dengan reabilitas pasti ada suatu kasus yang diteliti dan disertai dengan bukti yang jelas sehingga dengan adanya bukti itu kasus dapat dipercaya oleh kalangan masyarakat luas. 



Daftar Pustaka

Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Group.
Littlejohn dan Foss. 2005. Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.
McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi.
http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/validitas-dan-reliabilitas.html